
- Admin MA Asih Putera
- 2025-02-03 09:00:00
- Artikel
Transformasi Pembelajaran dengan Membawa Kelas ke Alam
Menghasilkan generasi yang cerdas juga sehat adalah dambaan guru dan orang tua. Namun tantangan yang dihadapi adalah anak-anak yang cendrung pasif. Anak-anak zaman sekarang menghadapi tantangan besar akibat gaya hidup modern yang serba praktis dan berbasis teknologi.
Banyak dari mereka cenderung malas belajar dan kurang bergerak, karena lebih sering menghabiskan waktu dengan aktivitas pasif seperti bermain game, menonton video, atau berselancar di media sosial.
Ketergantungan pada perangkat elektronik ini membuat mereka kurang terstimulasi untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik maupun intelektual. Akibatnya, tingkat kreativitas, daya konsentrasi, dan motivasi belajar menurun. Ditambah lagi, kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko obesitas dan masalah kesehatan lainnya.
Situasi ini membutuhkan perhatian serius dari orang tua, pendidik, dan lingkungan untuk mendorong anak-anak kembali aktif secara fisik dan intelektual melalui pendekatan yang kreatif dan menyenangkan.
Melihat fenomena yang muncul orang tua dan guru harus membuat berbagai alternatif pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif secara terarah. Dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pengalaman langsung di alam terbuka semakin diakui manfaatnya dalam dunia pendidikan.
Salah satu metode inovatif yang mendukung hal ini adalah Walking Curriculum, yang dikembangkan oleh Dr. Gillian Judson, Asisten Profesor di Fakultas Pendidikan Universitas Simon Fraser, Amerika Serikat. Walking Curriculum di lingkungan sekitar adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk mengajak siswa belajar di luar ruang kelas melalui aktivitas berjalan kaki.
Metode memfokuskan pengajaran melalui pengamatan objek di lingkungan sekitar. Semua kegiatan ini mudah diterapkan dan dapat digunakan untuk berbagai topik materi pelajaran, mulai dari TK hingga SMA. Adapun manfaat Walking Curriculum adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Keterhubungan dengan Lingkungan: Dengan berjalan dan mengamati lingkungan sekitar, siswa dapat mengembangkan rasa kepedulian dan keterhubungan yang lebih dalam dengan alam dan komunitas mereka.
2. Mengembangkan Imajinasi dan Rasa Ingin Tahu: Aktivitas berjalan yang terstrukbtur mendorong siswa untuk mengamati detail-detail kecil di sekitar mereka, sehingga merangsang imajinasi dan rasa ingin tahu yang lebih besar.
3. Memperkaya pengalaman Belajar: Pembelajaran di luar kelas melalui Walking Curriculum membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan, bermakna, dan berkesan bagi siswa.
Di Indonesia, konsep Walking Curriculum di lingkungan sekitar mulai diperkenalkan sebagai metode untuk melatih siswa lebih peka terhadap alam sekitar. Melalui kegiatan berjalan kaki yang terstruktur, siswa diajak untuk mengamati dan memahami lingkungan mereka secara lebih mendalam.
Contoh kegiatannya antara lain mengajak siswa mencari dan mengidentifikasi berbagai bentuk geometris yang ditemukan selama berjalan, seperti bentuk daun, batu, atau bangunan. Contoh lainnya yaitu mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau budaya di sekitar sekolah, melakukan pengamatan tentang ekosistem dan biodiversitas di lingkungan sekitar, mengunjungi pasar atau tempat-tempat ekonomi di sekitar sekolah untuk mempelajari tentang ekonomi dan bisnis.
Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan pembelajaran di alam memerlukan perencanaan yang matang. Guru perlu memastikan bahwa kegiatan berjalan kaki sesuai dengan tujuan pembelajaran dan aman bagi siswa. Selain itu, adaptasi terhadap kondisi lingkungan lokal dan ketersediaan sumber daya juga perlu dipertimbangkan.
Pembelajaran diluar kelas menawarkan pendekatan pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Melalui metode ini, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan akademis, tetapi juga mengembangkan keterampilan observasi, imajinasi, dan keterhubungan dengan alam.
Belajar di luar kelas adalah cara yang menyenangkan dan bermakna untuk mendorong siswa lebih aktif bergerak, berpikir, dan merasakan manfaat pembelajaran secara langsung.
Dengan membawa kelas ke alam, siswa dapat mengalami keajaiban ciptaan Allah secara langsung, seperti keindahan tumbuhan, hewan, dan ekosistem yang menjadi bukti kebesaran-Nya.
Berjalan di hutan, mempelajari tanaman di kebun, atau mengamati serangga di taman dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang ilmu biologi sekaligus menguatkan ketauhidan mereka.
Pengalaman ini juga melatih tubuh mereka lebih aktif bergerak, mengurangi rasa jenuh, dan menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan daripada sekadar duduk di dalam kelas.
Selain itu, belajar di luar kelas memungkinkan siswa untuk memahami kondisi masyarakat dan lingkungan secara nyata. Mereka dapat melihat langsung kehidupan masyarakat sekitar, mengenali tantangan yang dihadapi, dan merasakan empati terhadap sesama.
Melalui interaksi ini, siswa diajarkan untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan sesama manusia. Mereka juga bisa belajar nilai-nilai seperti kerja sama, tanggung jawab, dan keberlanjutan.
Dengan membawa pembelajaran keluar dari ruang kelas, siswa tidak hanya menjadi lebih cerdas secara akademik, tetapi juga lebih manusiawi dan sadar akan pentingnya menjaga alam sebagai amanah dari Sang Pencipta.
Penulis: Andina Bunga Lestari M.Si
DISCLAIMER: Artikel yang ditulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. MA Multiteknik Asih Putera tidak dapat disalahkan dan digugat apabila dikemudian hari artikel tersebut diperkarakan.